Tujuh Kampung Menggelar Ngiling Bidai Bersama di Betang Sungai Utik


Hal unik terjadi dalam gawai atau pesta panen komunitas Dayak Iban di Rumah Betang Sungai Utik, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Untuk pertama kalinya sejak bertahun-tahun, tujuh kampung dalam Ketemenggungan, menggelar ngiling bidai bersama-sama.

Berkumpul di Betang Sungai Utik. File: Sutomo
Ngiling bidai adalah ritual penutupan acara gawai atau pesta panen khas etnik Dayak. Biasanya, setiap kampung melakukan penutupan gawai sendiri-sendiri di kampung mereka. Kali ini, mereka memutuskan untuk menggelar acara ini bersama-sama.

Herkulanus Sutomo, satu di antara warga komunitas Dayak Iban di Kapuas Hulu, mengatakan, dalam ritual ngiling bidai Ketemenggungan Iban Jalai Lintang, tujuh kampung dalam ketemenggungan mempersiapkan 40 gendang untuk pertunjukkan gendang pampat untuk memeriahkan acara itu.

“Ngiling bidai pertama yang dilakukan di Betang Sungai Utik. Dalam proses seperti inilah anak-anak belajar dengan melihat apa yang dilakukan oleh para tetua, proses belajar budaya berlangsung dengan sendirinya,” kata Sutomo, Selasa (26/6/18).

Kesempatan langka ini menjadi peluang emas untuk generasi muda mempelajari tradisi warisan leluhurnya. Sebab, sebelum ini, tidak pernah dilakukan penutupan gawai dilakukan bersamaan oleh tujuh ketemenggungan.

Dalam permainan gendang pampat, gendang ditabuh beramai-ramai oleh lebih dari 10 orang. Untuk menghasilkan suara yang padu, tentu para penabuh harus memahami ritme dan nadanya supaya serasi.

Ini, bagi Sutomo, kesempatan amat baik bagi generasi muda untuk mencoba mempelajari peninggalan tradisi yang kian hari kian punah. (***)

No comments