Ketika "Hari Kiamat" Dinyanyikan Kepala BNN

Seakan ingin mengungkapkan kegelisahannya terhadap masa depan generasi Indonesia, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komjen. Pol. Heru Winarko SH, melantunkan lagu “HARI KIAMAT’ karya Black Brothers di seminar  bertajuk “Membangun Harmoni, Merawat NKRI Melalui Seni Budaya - Dari Jakarta Menuju Ambon” di Gedung Stovia, Jakarta, Rabu (8/8/18).

Foto: IST
Sambil duduk di belakang baby grand piano dengan jarinya yang lincah menari di atas tuts, suara Heru Winarko menggelegar dan bergetar. Performans Kepala BNN ini tidak hanya disambut tepuk tangan ratusan para peserta seminar tetapi juga membuat para pembicara lain, Lisa A Riyanto, Brian “Jikustik” Prasetyoadi, Theofransus Litaay dari Kantor Staf Kepresidenan, dan juga Rm Aloysius Budi Purnomo dari Keuskupan Agung Semarang (KAS) serta moderator acara Prita Laura, menyimak dengan serius.

Bahkan Rm Budi Purnomo segera mengambil saksofonnya untuk kemudian mengimbangi permainan orang nomor satu di BNN tersebut.

Kegelisahan Heru Winarko beralasan karena ada 30 orang Indonesia per hari merupakan korban meninggal akibat mengkonsumsi narkoba. Bahkan dalam data tercatat sebanyak 27 persen dari 6,4 juta pengguna adalah pelajar dan mahasiswa. Dalam konteks ini, jika tidak ada gerakan bersama dari bangsa Indonesia dalam mengatasi serangan narkoba dari luar negeri, masa depan Indonesia dipertanyakan.

“Ini bukan hanya kerja BNN saja. Ini merupakan pekerjaan kita semua. Masa depan Indonesia akan menjadi masalah karena generasi muda kita terancam oleh narkoba.  Jika ditotal selama satu bulan korban meninggal karena narkoba bisa sama dengan korban tewas kecelakaan pesawat terbang,” ujarnya.

Selain itu, Heru Winarko menegaskan bahwa, ancaman narkoba itu sudah terjadi ketika anak masih bayi, saat para orang tua tidak sadar, jika makanan bayinya dicampur dengan narkoba. Dan sudah bisa diduga jika sejak kecil mengkonsumsi narkoba tanpa sadar, anak ini akan bertumbuh menjadi generasi yang memiliki ketergantungan.

Selundupan narkoba ini datang dari empat kawasan yakni kawasan Golden Crescent (Pakistan, Iran dan Afganistan), Kawasan China, dan Kawasan Eropa. Sementara tempat-tempat di Indonesia yang menjadi tujuan pertama selundupan narkoba adalah Aceh, Medan, Jakarta, Surabaya, Kalimantan dan Papua.

“Jenis narkoba banyak macam. Dan jenis narkoba baru berkembang sangat cepat sehingga belum diatur dalam peraturan tentang narkoba. Kondisi inilah yang membuat pemerintah kewalahan dalam menangani kasus narkoba di Indonesia. Contohnya, New Psychoactive Substances (NPS) yang beredar di Indonesia mencapai angka 71 jenis. Yang sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) baru 65 jenis. Sementara 6 jenis belum masuk dalam Permenkes,” ujar Heru Winarko.

Terkait dengan ini, disarankan oleh Heru, agar masyarakat proaktif untuk melaporkan ke BNN atau Polisi kalan mengetahui ada pengguna narkoba di lingkungan sekitar. Masyarakat melaporkan dan BNN akan bergerak untuk menangani. Kerjasama dengan berbagai pihak merupakan langkah yang diambil BNN untuk secara bersama-sama menangani masalah ini.

Seperti pada Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) di Ambon pada 27 Oktober – 2 November 2018 nanti, BNN akan terlibat untuk mempromosikan anti narkoba kepada peserta Pesparani. Seminar yang dihadiri Heru ini merupakan salah satu persiapan menuju puncak kegiatan Pesparani di Ambon nanti. Pesta musik yang melibatkan orang muda Katolik dari berbagai daerah di Indonesia tersebut akan menjadi kesempatan bagus bagi BNN untuk mengampanyekan aksi tolak narkoba.

“Narkoba adalah penyesatan budaya. Dampak dari narkoba banyak sekali, seperti pencurian, kekerasan, dan pada akhirnya korban meninggal. Oleh karena itu, BNN membutuhkan sukarelawan yaitu orang-orang muda untuk bekerjasama memerangi penyalahgunaan narkoba di Indonesa,” tegas Heru.

“.....
Sadarlah kau, cara hidupmu,
Yang hanya menelan korban yang lain, 
Bintang jatuh hari kiamat,
Pengadilan yang penghabisan ...”

(*/ril)

No comments